Text
Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya : Kisah Sufi dari Madura
Sufi adalah seorang praktisi dari sufisme atau tasawuf, yaitu suatu cabang spiritual dalam agama islam yang bertujuan untuk mencapai kesatuan dengan Allah melalui pengalaman-pengalaman mistik. Sufi mengejar pemahaman tentang keberadaan dan makna hidup yang lebih dalam melalui praktek-praktek spiritual, seperti zikir, meditasi dan puasa. Sufi juga memiliki sejumlah ajaran dan prinsip-prinsip etika yang sangat penting bagi praktik spiritual mereka, seperti cinta kasih, kejujuran, rendah hati, dan pengabdian. Sufi dikenal sebagai kelompok yang cenderung menekankan pentingnya pengalaman langsung dengan Tuhan atau alam semesta, dan lebih berorientasi pada pencarian kebenaran spiritual daripada pengkajian doktrin agama secara formal. Sehingga sudah menjadi sesuatu yang tabu bahwa para sufi memiliki cara berfikir dan bertingkah laku berbeda dengan manusia biasa pada umumnya.
Buku “Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya (Kisah Sufi dari Madura)” menceritakan kisah tentang kehidupan sehari-hari seorang laki-laki yang akrab dipanggil cak dhalom di sebuah desa di Madura. Ia adalah seorang duda tua yang hidup sendiri di sebuah gubuk dekat kandang kambing milik pak Lurah. Dhalom kerap menjadi komentator atau penyulut perbincangan mengenai substansi ibadah, yang membuat para tetangganya merenungkan ulang pemahaman mereka atas agama islam. Sikap dan tingkah lakunya yang aneh sehingga ia dianggap orang yang kurang waras oleh warga terutama anak-anak yang sering mengejeknya, namun ia tak pernah sekalipun menggubris sikap mereka dan sering kali malah membenarkan apapun yang diucapkan oleh warga tersebut mengenai hinanya dirinya. Perkataan yang ia lontarkan selalu mampu membuka lebar cara berfikir terhadap tuhan semesta alam dan peribadahan kepada-Nya dengan gayanya yang khas, yaitu berbicara santai sembari ketawa cekikikan namun mampu membantah semua argument.
Buku ini awalnya adalah naskah-naskah artikel yang dimuat di situs web Mojok.co sebagai serial Ramadan yang terus berlanjut hingga dua tahun berturut-turut, yakni 2015 dan 2016. Tokoh-tokoh utama dalam buku ini yaitu cak Dlahom, Mat Piti, Romlah, Pak RT, istri Bunali dan Sarkum anaknya, serta pak Lurah. Menurut saya buku ini sangat membuka cara berpikir dan bersikap dengan banyak sekali pelajaran berharga di dalamnya, seperti bahwa kitalah manusia, makhluk paling angkuh dan sombong dimuka bumi ini. Merasa memiliki segalanya padahal hakikatnya nihil. Bahasa dan analogi yang jelas membuat buku ini sangat cocok dibaca oleh kalangan manapun, alur cerita dan pola berpikir yang digunakan pun mudah untuk dipahami. Dilihat dari cover dan judulnya pun sangat menarik. Kata “bodoh” mungkin bisa menjadi kunci atas refleksi Cak Dlahom sendiri mengenai pengetahuan manusia atas agama dan Tuhan. Hal itu kiranya yang akan dijumpai pembaca setelah membaca buku ini. Rusdi sebagai penulis buku ini menekankan pula persoalan “bodoh” tersebut lewat judul yang dipilih untuk diterapkan pada buku ini. Merasa Pintar Bodoh Saja tak Punya (dengan judul kecil Kisah Sufi dari Madura). Bisa jadi judul itulah gambaran penyakit kita hari ini.
P7001813 RUS m | 813 RUS m | My Library (800-899) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain